aku sekarang udh bisa panggil kamu fi bukan ar lagi,
iyah 'fi' sosok laki laki sederhana yang udh ngeluluhin hati aku dan ngebuat hati itu kekunci gak bisa untuk keluar lagi...
'fi' yang selalu marah keras egois , tapi itu yang bikin aku makin sayang
aku memang skr udah gak sama kamu lg , tapi dari jauhpun aku bisa lihat kamu, aku bisa ngerasain gimana bahagianya sekarang km tanpa aku..
iyaa aku yang selalu marahin kamu, aku yang selalu nyusahin dan repotin km, aku yang selalu minta putus tapi akhirnya nyesel :"))
aku nulis catetan ini dihari harusnya kita ngerayain tanggal 29 yah , banyak yang mau aku omongin ke kamu, aku mau sandaran di pundak km, aku mau peluk km, tp yaa gak bisa, untuk sekedar nanya kabar aku aja kamupun gak mau
iyaa aku udh terlalu banyak bgt ngecewain kamu fi, aku ga bisa ngelakuin banyak hal yang bisa nyenengin km, pdahal km orang selalu bkin aku senyum
cobaa aja aku punya kesempatan sekali lagi fi, banyak hal yang aku kangenin selama kita sama sama..
aku kangen kita makan duren di pinggir jalan
aku kangen kita lomba makan semangka hhha
aku kangen kita main gitar dan km ajarin main gitar
aku kangen kita cari bintang laut bareng
aku kangen marah marahnya km
aku kangen ketiduran dimotor pas km bonceng aku
aku kangen semua tawanya kamu
aaahhhhhh terlalu banyak fi yang aku kangenin :")
i know you're somewhere out there, somewhere far away
i want you back , i want you back
my neighbours think i'm crazy
but they dont understand
you're all i have
you're all i have
at night when the stars light up my room
i sit by myself
talking to the moon
try to get to you
in hopes you're on the other side
talking to me too
or am i a fool who sits alone
NGETIK INI SAMBIL DENGER LAGUNYA BRUNO MARS TALKING TO THE MOON
AAAHHHHHH AAARRRRFIIIIIIIIIIIIII.....................
kiki octa wulandari
Senin, 29 Juli 2013
Minggu, 21 Juli 2013
SERI MAKALAH MONETER
ANALISIS
PENGARUH SALDO GIRO BANK INDONESIA, SUKU BUNGA INTERNASIONAL (SIBOR) DAN KURS
TERHADAP VOLUME TRANSAKSI PASAR UANG ANTAR BANK DI INDONESIA
Oleh :
Kiki
Octa Wulandari
ABSTRACT
This research is
aimed at identifying the influence of Bank Indonesia Credit Transfer Balance,
International Interest Rates, and Exchange Rates on The Volumes of Inter-bank
Money Market Transactions. The data cover the period of 2002-2011 and are
analyzed qualitatively and quantitatively by use of Ordinary Least Square (OLS)
multiple regression method. The research result show that Bank Indonesia Credit
Transfer Balance shows a significant and positive influence on the Inter-bank
Money Market Transactions whereas International Interest Rates SIBOR do not.
The Exchange Rates do not have a significant but positive influence on The
Volume of The Transactions in Indonesia.
Keywords : Interbank
Call Money Market, Bank Indonesia Credit Transfer
Balance, SIBOR, Exchange Rate
I.
PENDAHULUAN
Terapresiasinya mata
uang Indonesia menyebabkan meningkatnya kepercayaan terhadap mata uang
domestik, hal ini juga akan meningkatkan perekonomian Indonesia yang menganut
sistem perekonomian terbuka. Apabila nilai tukar Dollar terhadap Rupiah atau
kurs terapresiasi maka permintaan terhadap Rupiah akan meningkat, sehingga
transaksi Pasar Uang Antar Bank akan meningkat seiring dengan Bank-Bank yang
membutuhkan dana lebih untuk memenuhi permintaan dana untuk nasabahnya.
Pasar uang antar bank
tidak hanya ditentukan oleh tingkat bunga yang berasal dari dalam negeri,
tetapi juga dari faktor luar negeri yaitu melalui suku bunga internasional,
suku bunga internasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIBOR (singapore
interbank offered rate) karena secara umum suku bunga internasional
terutama di Asia Tenggara yang sering dipakai adalah suku bunga SIBOR. Singapore
Interbank Offered Rate (SIBOR) merupakan salah satu indikator moneter
internasional yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan suku bunga di
Indonesia. Hal ini juga mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian, terutama
sektor moneter sangat terpengaruh oleh perekonomian dunia. Pergerakan suku
bunga SIBOR sesuai dengan pergerakan pasar uang yang mengikuti kondisi ekonomi
dunia. SIBOR akan mempengaruhi pola transaksi keuangan di Indonesia terutama
dalam hal lalu lintas Internasional. Di Indonesia perkembangan suku bunga di
dalam negeri juga dipengaruhi oleh suku bunga internasional. Penurunan dan kenaikan
tingkat bunga di dalam negeri sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk
mengupayakan perbedaan selisih antara tingkat bunga domestik dengan tingkat
bunga internasional berada pada tingkat yang wajar.
Pada lembaga perbankan,
persoalan likuiditas adalah persoalan pada dua sisi pada neraca bank. Sebagai
lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai
penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar.
Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah setiap ada
penarikan simpanan nasabah, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi pencairan
kredit yang telah diperjanjikan (Taswan, 2010 : 246).
Bank akan memenuhi
sebagai bank yang likuid apabila : (a) Memegang sejumlah alat likuid, cash
assets, yang terdiri dari uang kas, rekening pada bank sentral dan rekening
pada bank-bank lainnya sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang
diperkirakan. (b) Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid akan tetapi bank
tersebut memiliki surat-surat berharga berkualitas tinggi yang dapat segera
ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa mengalami kerugian bank sebelum jatuh
tempo. (c) Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui
pencipataan utang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money,
penjualan surat-surat berharga dengan repurchase
agreement (Taswan, 2010 :246).
Suatu bank dapat
dikatakan likuid jika bank itu mampu memenuhi kewajibannya dengan segera. Hal
ini berarti bank harus mampu menyediakan alat likuid yang cukup, dapat
melakukan peminjaman dana, atau dapat menjual sebagian aktivanya dengan segera
untuk memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya. Likuiditas sangat penting bagi
keberlangsungan operasi bank karena itu diperlukan pengelolaan yang efektif
untuk menghindari terjadinya permasaahan yang serius dikemudian hari.
Kekurangan likuiditas pada suatu bank dapat mengakibatkan pengaruh yang lebih
luas dan berdampak negatif pada sistem perbankan. Mayoritas perbankan mengalami
kesulitan likuiditas yang dibuktikan dengan pelanggaran Giro Wajib Minimum
(GWM) dan pelanggaran saldo debet. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebagai salah
satu sarana untuk mendapatkan sumber dana guna mengatasi likuiditas (www.bi,go.id
diakses pada tanggal 15 Maret 2013: 21.00 WIB).
Dalam mencapai
rentabilitas maksimum hampir seluruh lembaga keuangan memanfaatkan dana yang
sementara menganggur dalam usaha pinjam meminjam uang antar bank. Hal ini
disebabkan karena dalam jangka waktu sangat pendek bank belum mampu
meningkatkan pemberian kredit sebagai upaya mengimbangi penyetoran dana oleh
nasabah. Transaksi antar bank tersebut menggunakan peralatan berupa surat
jangka pendek. Dalam hal ini pasar uang sangat berperan dalam mengisi kebutuhan
perusahaan yang sementara waktu memiliki kelebihan atau kekurangan uang. Adanya
peningkatan kegiatan transaksi pinjam meminjam uang antar bank bisa
mencerminkan bergairahnya kegiatan di sektor ekonomi. Aktifitas pasar dana
antar bank mulai dirintis pada April 1974 yang bertujuan untuk meningkatkan
pelaksanaan pengerahan dana dari masyarakat, memenuhi likuiditas bank dalam
jangka pendek, membantu bank-bank di dalam pemanfaatan kelebihan dana secara
efisien sekaligus membantu meningkatkan kondisi perbankan pada umumnya
(Irfansyah, 2009: 1).
Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) merupakan media pertama bagi transmisi kebijakan moneter. Melalui
transaksi pinjaman antar bank yang sebagian besar berjangka waktu pendek
(harian/overnight) sampai dengan 90 hari atau 3 bulan (Mahmudy, 2005 : 42).
Umumnya, secara teoritis dikemukakan bahwa transaksi dana di pasar
antar-bank memberikan sinyal di pasar kredit terbuka. Rata-rata suku bunga
pinjaman harian/overnight adalah tingkat semalam, yang merupakan jangka
terpendek suku bunga pasar, dan karena itu memiliki peran penting dalam model
struktur dikebijakan moneter (Bernanke dan Blinder dalam yusuf, 1992 : 5).
Namun, terlepas dari tingkat bunga (biaya transaksi) di pasar yang mempengaruhi
tempo kegiatan di pasar, faktor penentu lainnya adalah posisi likuiditas bank,
dan perubahan dalam permintaan untuk mata uang asing yang menentukan frekuensi
bank mengakses pasar dana untuk menutupi penawarana di Pasar Valuta Asing. Sinyal kebijakan moneter ditransmisikan
kepada suku bunga instrumen lainnya di pasar keuangan. Keberadaan Pasar Uang
Antar Bank sangat mendukung terhadap tingkat likuiditas lembaga keuangan
terutama bank. Para pembuat kebijakan percaya bahwa pasar dana antar bank
menyediakan informasi berharga tentang kesehatan masing-masing bank-bank. Ketika bank tidak bisa mendapatkan pinjaman
dari bank lain, itu adalah tanda pertama bahwa ada sesuatu yang salah dengan
bank tertentu (Yusuf D.Bulus, 2010 : 5).
Perkembangan
pasar uang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir diwarnai oleh dampak dari
kejadian–kejadian eksternal maupun internal. Beberapa hal diantaranya yaitu
dampak krisis ekonomi global, peningkatan suku bunga domestik akibat
konsolodasi bank-bank, kebutuhan bank-bank akan likuiditas Rupiah dan munculnya
jenis produk dan diversifikasi piranti pasar uang yang lain maupun munculnya
spekulasi valuta asing (Tarigan, 2004 :1). Pasar uang juga mengalami
perkembangan yang cukup pesat sejalan dengan semakin terintegrasinya pasar uang
domestik dan internasional, semakin banyaknya produk-produk pasar keuangan yang
muncul, serta pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komputer.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan Pasar Uang Antar Bank tidak hanya berasal dari
masalah likuiditas perbankan saja tetapi juga bisa berasal dari faktor
eksternal misalnya, suku bunga luar negeri dan Nilai Tukar Rupiah. Nilai Tukar
dan suku bunga SIBOR mempengaruhi Pasar Uang Antar Bank yaitu apabila terjadi
capital outflow maka investor akan mencari tingkat pengembalian yang lebih
tinggi akibatnya permintaan akan uang Rupiah menjadi sedikit dan akan
berpengaruh terhadap kegiatan transaksi PUAB Rupiah, sedangkan untuk Saldo Giro
Bank Indonesia, meningkat atau menurunnya Saldo Giro menandakan Likuid atau
tidaknya Bank tersebut. Semakin meningkatnya Likuiditas Bank tersebut pemenuhan
akan kebutuhan transaksi Bank tersebut tercukupi sehingga melakukan kegiatan
pinjam meminjam dana di pasar uang dibatasi. Untuk itu menarik mengangkat
permasalahan tentang bagaimana ‘Pengaruh
Saldo Giro Pada Bank Indonesia (BI), Suku Bunga Internasional (SIBOR)
dan Kurs terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank di Indonesia’.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dicoba untuk dijawab adalah
bagaimana pengaruh Saldo Giro pada Bank Indonesia, Suku Bunga Internasional
(SIBOR) dan Kurs terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank di Indonesia.
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh
Saldo Giro pada Bank Indonesia, Suku Bunga Internasional (SIBOR) dan Kurs
terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank di Indonesia.
II.
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Teori Likuiditas
Likuiditas
suatu bank mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan bank.
Persoalan likuiditas adalah persoalan dilematis, artinya kalau bank menghendaki
bentuk pemeliharaan likuiditas yang tinggi maka profit akan turun atau rendah.
Bank yang memiliki likuiditas tinggi secara umum porsi aktivanya relatif lebih
besar pada aktiva jangka pendek, sedangkan bank yang likuiditasnya rendah umumnya
porsi dana yang tertanam lebih besar pada aktiva jangka panjang. Semakin besar
dana yang mengalir di kas dan giro pada Bank Indonesia semakin likuid bank
tersebut, namun demikian kontribusi pendapatan dari aspek tersebut rendah.
2.2
Komponen
Pengelolaan Likuiditas
2.2.1. Saldo Giro pada
Bank Indonesia (BI)
Saldo
Giro pada BI terdiri dari saldo giro yang dicatat dalam pembukuan Bank
Indonesia. Saldo giro bank ini meliputi seluruh saldo giro cabang-cabangnya di
kantor cabang Bank Indonesia di seluruh Bank Indonesia. Besarnya giro BI yang
diperlukan oleh setiap bank setiap harinya ditentukan oleh : (a) Besarnya
penarikan tunai dalam operasional sehari-hari. (b) Besarnya kewajiban jatuh
tempo yang harus dipenuhi oleh bank. (c) Besarnya komitmen kredit yang akan
ditarik. (d) Batas minimal 5% dari Dana Pihak Ketiga (www.bi.go.id
di akses pada tanggal 14 Maret 2013 : 17.00 WIB).
2.3
Pasar
Uang
Pasar uang adalah Pasar yang menyediakan sarana
pengalokasian dan pinjaman dana
jangka pendek, karena itu pasar uang merupakan pasar likuiditas primer.
Transaksi dalam pasar uang dilakukan dengan menggunakan sarana telekomunikasi
sehingga pasar uang ini disebut juga dengan pasar abstrak karena pelaksanaannya
tidak dilakukan di tempat tertentu sebagaimana halnya dengan bursa efek pada
pasar modal. Berkaitan dengan itu pasar uang merupakan pasar yang tidak
teroganisasi (Unorganized
market).
2.4 Pasar Uang Antar Bank (PUAB)
PUAB Overnight
(O/N) merupakan pasar uang di mana bank melakukan transaksi pinjaman (atau pemberian pinjaman) antar bank dalam mata uang rupiah dengan jangka sangat
pendek (harian/overnight) sampai dengan 90 hari atau 3 bulan. Pasar ini
memiliki karakeristik tersendiri, produk yang diperdagangkan melibatkan mata
uang yang sama desain sistem perdagangannya memungkinkan setiap pemain
bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri, tidak membedakan secara resmi
jenis-jenis pemain sebagai agen maupun untuk kepentingan sendiri dan biaya
transaksi relatif sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi keputusan
bertransaksi.
2.5
Teori Suku
Bunga
Tingkat
bunga memegang peranan penting dalam setiap perekonomian yang menggunakan uang
sebagai alat penyimpanan nilai dan sebagai variabel penghubung antara pasar
uang dan pasar barang. Pengertian dasar tingkat bunga adalah harga dari
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu, adapun pengertian lainnya adalah
harga yang harus dibayar bila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang
dan satu rupiah nanti, misalnya setahun lagi (Roswita AB, 2000: 150).
2.6
Teori
Kurs
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut
dengan kurs adalah jumlah atau harga relatif
mata uang domestik dari mata uang luar negri (asing). Sebagai contoh
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika adalah harga satu dolar Amerika dalam rupiah, atau
dapat juga sebaliknya harga
satu rupiah terhadap satu Dollar. Saat ini di
Indonesia berlaku sistem nilai tukar mengambang bebas. Bank sentral membiarkan
nilai tukar menyesuaikan diri untuk menyamakan nilainya di pasar, sehingga
nilai tukar tercipta melalui mekanisme pasar secara murni di mana terbentuk melalui kekuatan permintaan dan
penawaran di pasar.
2.6.1. Jenis Kurs
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua macam yaitu
kurs nominal dan kurs riil (Mankiw, 2006 : 128).
1.
Kurs Nominal
Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah tingkat di
mana orang-orang memperdagangkan mata uang suatu negara untuk mata uang negara
lain. atau dengan kata lain adalah harga relatif dari mata uang dua negara.
Sebagai contoh, jika kurs antara dollar AS dan rupiah Indonesia adalah Rp
9.700/dollar, maka seseorang dapat menukar 1 dollar tersebut dengan Rp 9.700 di
pasar uang.
2.
Kurs Riil
Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif
dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana
kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang
dari negara lain.
Kurs Riil = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga
€ = e x (P/P*)
Keterangan:
€ = Kurs Riil
e =
Kurs Nominal
P = Harga Sekarang
P* = Harga Sebelumnya
2.7 Kerangka Pemikiran
III.
METODE PENELITIAN
Ruang
Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan
menggunakan data time series perbulannya dari tahun 2002 sampai dengan 2011.
Meliputi data volume transaksi pasar uang antar bank di Indonesia, Saldo Giro
pada Bank Indonesia, Suku Bunga Internasional Singapore (SIBOR) dan Kurs Dollar
terhadap Rupiah yang bersumber dari Bank Indonesia (BI).
Dalam
penelitian ini digunakan dua metode yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang digunakan untuk
menjelaskan perkembangan Pasar Uang Antar Bank, Suku Bunga Internasional SIBOR
dan Kurs dengan menggunakan bantuan berupa tabel dan kurva yang memuat variabel data-data yang
diamati dan dilihat dengan data yang relevan.
Analisis
kuantitatif merupakan teknik analisis dimana metode penganalisaannya dengan
menggunakan regresi model ekonometrika untuk di uji hipotesis. Metode yang
digunakan adalah regresi sederhana dengan software EVIEWS, untuk menganalisis
pengaruh Saldo Giro BI, Suku Bunga SIBOR dan Kurs terhadap Volume Pasar Uang
Antar Bank (PUAB) dengan persamaan :
Y = α0 +
β1X1 + β2X2 + β2X3 + e...............................................................................3.1)
di mana:
Y = Volume transaksi Pasar Uang Antar
Bank
Α = konstanta
X1 =
Saldo Giro Pada Bank Indonesia
X2 =
Nilai Tukar Rupiah / U$D
X3 =
Tingkat Suku Bunga Internasional (SIBOR)
e = error term
Sebelum diregresi, data terlebih dahulu
di stasionerkan menggunakan uji stasioneritas data Augmented Dickey-Fuller. Untuk melihat tingkat signifikansi
pengaruh variabel dependen maka digunakan uji T. Selain uji T maka perlu juga
untuk melihat apakah model yang telah dirumuskan memiliki pelanggaran terhadap
asumsi-asumsi klasik (autokorelasi, multikolonieritas dan heterokedastisitas)
serta uji F.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Perkembangan Volume Transaksi PUAB
Aktifitas PUAB di tahun
2002 secara keseluruhan rata-rata volume transaksi kedua sesi tersebut relatif
stabil bahkan di PUAB sesi sore terdapat kecenderungan penurunan.
Perkembangan PUAB di
2003 cenderung menurun dibandingkan volume rata-rata transaksi di 2002 yaitu
sebesar Rp 4,154 miliar. Hal ini semakin meguatkan indikasi meningkatnya ekses
likuiditas perbankan sehingga bank tidak memerlukan tambahan dana yang besar
melalui transaksi PUAB.
Kemudian selama tahun
2004 aktivitas di pasar uang antar bank (PUAB) cenderung mengalami peningkatan
dari tahun 2003 yaitu sebesar Rp 4,353 miliar. Menurut data dari Outlook
Ekonomi tahun 2004, kenaikan tersebut diperkirakan berkaitan dengan antisipasi
perbankan terhadap perubahan jadwal lelang SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Volume PUAB tahun 2005 mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian.
Pada tahun 2006 Volume
Transaksi PUAB cenderung stabil perbulannya, namun rata-rata transaksi pertahun
meningkat sebesar Rp 8,405 miliar dibanding tahun 2005.
Di awal tahun 2009
volume transaksi PUAB melemah dikarenakan masih berlanjutnya resiko pasar uang
yang terjadi akibat krisis di tahun 2008. Pada tahun 2010 perkembangan PUAB
cukup stabil sebesar Rp 10,547 miliar dibandingkan dengan volume tahun 2009 dan
masih dibawah volume sebelum krisis.
Di tahun 2011
rata-rata volume transaksi PUAB sedikit meningkat sebesar Rp 11,261 miliar dibandingkan dengan tahun
2010, ditengah upaya bank Indonesia untuk mendorong transaksi di pasar uang
melalui pelebaran koridor suku bunga.
4.1.2 Perkembangan Saldo Giro Pada
Bank Indonesia
Untuk
tahun 2003 terjadi peningkatan yang wajar yaitu sebesar Rp 39,351 miliar
rata-rata/ tahun dibandingkan dengan tahun 2002 yaitu sebesr Rp 34,536,
sehingga likuiditas untuk giro mengalami peningkatan pada tahun 2003. Sedangkan
tahun 2004, peningkatan untuk rekening giro meningkat lumayan tinggi yaitu
sebanyak Rp 50,625 miliar. Tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 saldo giro mengalami perubahan yang cukup signifikan
dari tahun ke tahun. Kemudian saldo giro di tahun 2009 mengalami penurunan yang
sangat tinggi yaitu menjadi Rp 80,109 dimana saldo giro pada tahun 2008 sebesar
Rp111,449. Ini merupakan dampak dari krisis keuangan global yang terjadi di
Amerika Serikat yang berimbas dengan keuangan di Indonesia yang masih berefek
pada tahun 2009. Pada tahun 2010 dan 2011 terjadi pemulihan perekonomian
sehingga rekening giro mengalami peningkatan di tahun 2010 dan kemudian stabil
di tahun 2011.
4.1.3 Perkembangan Kurs Rupiah
Terhadap Dollar
Sepanjang
awal tahun 2002 Kurs Rupiah sebesar Rp. 10.391/USD Amerika dan di akhir tahun kurs
menjadi Rp. 8.906. Data dari Outlook Ekonomi 2002 penguatan nilai tukar rupiah
terhadap dollar, sebagai bentuk pemulihan dari pasca krisis moneter
dan pasca krisis keuangan global dimana hal tersebut memang membuat
perekonomian Indonesia melambat.
Sementara
di tahun 2003 untuk keseluruhan kurs secara rata-rata menguat
sebesar Rp 8.577. Pada tahun 2004 dan 2005 kurs cenderung melemah, tahun 2004
secara rata-rata sebesar Rp 8.929/USD. Hal ini secara fundamental adanya
tekanan terhadap Rupiah berasal dari pembelian valuta asing oleh pelaku asing
serta pembelian dari pelaku dalam negeri dalam rangka pembayaran utang luar
negeri di akhir tahun. Di tahun 2005 Secara keseluruhan, rata-rata nilai tukar
Rupiah selama tahun 2005 adalah Rp 9.705 atau mengalami depresiasi dibandingkan
tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2006 nilai tukar rupiah secara umum mengalami
penguatan dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp 9.164/USD disertai pergerakkan
yang lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Kurs rupiah di awal tahun 2007 mengalami penguatan namun di
akhir tahun Kurs cenderung melemah terhadap Dolar AS. Kurs
rupiah sepanjang tahun 2008 mengalami depresiasi. Krisis global telah mendorong
para investor asing menghindari risiko.
Sepanjang akhir tahun 2009, Kurs rupiah bergerak menguat dibanding di
awal tahun. Perkembangan nilai tukar selama 2010 didominasi oleh faktor
eksternal, rata-rata Kurs Rupiah tahun 2010 terhadap Dollar AS terapresiasi
sebesar Rp. 9.086/USD dibanding rata-rata nilai tukar di tahun 2009 sebesar
Rp.10.407/USD. Pada
tahun 2011 Kurs Rupiah secara rata-rata menguat relatif terbatas dari bulan
Januari hingga bulan Desember.
4.1.4 Perkembangan Suku Bunga SIBOR
Pada tahun 2001
SIBOR mengalami penurunan dari tahun 2000 sebesar 6,5 % menjadi 3,8 % di tahun
2001. Tahun 2002 dan 2003, suku bunga SIBOR menurun dibanding tahun-tahun
sebelumnya yakni sebesar 1,8 % pada tahun 2002 dan 1,2 % pada tahun 2003 hal ini disebabkan karena pada saat itu
memburuknya kondisi ekonomi secara global, serta ancaman Amerika Serikat
terhadap Irak dan terorisme telah meningkatkan resiko keamanan dan ketidakpastian
dalam berinvestasi (www.google.co.id
di akses pada tanggal 24 Maret 2013 : 12.00).
Tahun 2005 SIBOR
kembali meningkat sebesar 3,5 % SIBOR, kenaikan ini disebabkan oleh kebijakan
moneter ketat di Amerika Serikat. Di tahun 2006 suku Bunga SIBOR kembali naik
lagi sebesar 5,2 %, diakibatkan pasar keuangan di kawasan ASIA menunjukkan
tingginya minat investor untuk berinvestasi dikawasan ASIA terutama di
Singapura (Laporan Perekonomian BI, 2005 dan 2006).
Tahun 2007 Suku Bunga
SIBOR meningkat sedikit dibanding tahun sebelumnya yaitu 5,3 %, akibat dari
kondisi Amerika yang memburuk (Subprime Mortage). Krisis ini menjadikan
likuiditas pasar menjadi ketat dan mendorong peningkatan suku bunga. Kemudian
di tahun 2008 bank sentral meredakan keketatan pasar kredit dengan menurunkan
suku bunga SIBOR sebesar 2,3% ke level
sebelum terjadinya kebangkrutan Lehman Brothers pada September 2008. Tahun 2009
dan 2010 Suku Bunga SIBOR mengalami penurunan sebesar 0,7% di tahun 2009
dan 0,35 % di tahun 2010, disebabkan
oleh ketidakstabilan di pasar keuangan global tetap terjadi akibat masih
kuatnya persepsi negatif terhadap prospek pemulihan ekonomi gobal serta masih
memburuknya kinerja lembaga-lembaga keuangan, hal itu mengakibatkan investor
mengurangi penempatan dana di pasar kredit dan pasar modal, baik di negara maju
maupun negara berkembang. Dalam kondisi ketidakpastian ini, investor global
cenderung menghindari risiko.
4.2
Hasil Pembahasan
4.2.1
Teknik Pengujian Model
Tabel
4.5 Hasil Pengujian Non-stasioneritas
Pada Tingkat Level
Unit Root Test
|
LEVEL
|
KET
|
|||||
Intercept
|
Trend and Intercept
|
None
|
|||||
ADF Test
|
Critical Value
|
ADF Test
|
Critical Value
|
ADF Test
|
Critical Value
|
||
LNPUAB
|
-3.7477
|
-3.4861
-2.8857
-2.5795
|
-5.2440
|
-4.0373
-3.4478
-3.1488
|
0.06185
|
-2.5830
-1.9426
-1.6171
|
Tidak Stationer
|
LNSIBOR
|
-0.3597
|
-3.4861
-2.8857
-2.5795
|
-0.9714
|
-4.0373
-3.4478
-3.1488
|
-0.6469
|
-2.5830
-1.9426
-1.6171
|
Tidak Stationer
|
LNUSD
|
-10.6422
|
-3.4861
-2.8857
-2.5795
|
-10.3428
|
-4.0373
-3.4478
-3.1488
|
0.2416
|
-2.5830
-1.9426
-1.6171
|
Tidak Stationer
|
LNGIRO
|
0.9471
|
-3.4865
-2.8859
-2.5796
|
-1.9000
|
-4.0380
-3.4481
-3.1489
|
1.6029
|
-2.5831
1.9427
-1.6171
|
Tidak Stationer
|
Sumber
: Data diolah dengan Eviews 3.0
Hasil pengujian
stasioner dengan tingkat signifikan 1%, 5% dan 10% untuk masing-masing variabel
menunjukkan bahwa hampir semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini
tidak stasioner pada tingkat level, artinya seluruh variabel yang digunakan
dalam penelitian ini tidak stasioner karena nilai t-statistik ADF nya lebih
kecl dari nilai kritis 1%, 5% dan 10%.
4.2.1.1
Uji Integrasi
Tabel
4.6 Hasil Uji Akar-akar Unit (First Difference)
Unit Root Test
|
FIRST DIFFERENCE
|
KET
|
|||||
Intercept
|
Trend and Intercept
|
None
|
|||||
ADF Test
|
Critical Value
|
ADF Test
|
Critical Value
|
ADF Test
|
Critical Value
|
||
LNPUAB
|
-14.5905
|
-3.4865
-2.8859
-2.5796
|
-14.5517
|
-4.0380
-3.4481
-3.1489
|
-14.6489
|
-2.5831
-1.9427
-1.6171
|
Stasioner
|
LNSIBOR
|
-6.3952
|
-3.4865
-2.8859
-2.5796
|
-6.3833
|
-4.0380
-3.4481
-3.1489
|
-6.3972
|
-2.5831
-1.9427
-1.6171
|
Stasioner
|
LNUSD
|
-10.9501
|
-3.4865
-2.8859
-2.5796
|
-11.1877
|
-4.0380
-3.4481
-31489
|
-10.9053
|
-2.5831
-1.9427
-1.6171
|
Stasioner
|
LNGIRO
|
11.7067
|
-3.4870
2.8861
-2.5797
|
-11.6559
|
-4.0387
-3.4484
-3.1491
|
11.4657
|
-2.5833
-1.9427
-1.6171
|
Stationer
|
Sumber
: Data diolah dengan Eviews 3.0
Hasil
pengujian yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel
yang diamati telah stasioner pada derajat kepercayaan yang sama (1%, 5% dan
10%). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data seluruh variabel yang
diestimasi dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama.
4.2.2
Intepretasi Model
Tabel 4.7
Pengujian OLS
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std.
Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
0.818672
|
0.562753
|
1.454762
|
0.1485
|
LNSIBOR
|
-0.023189
|
0.024525
|
-0.945543
|
0.3464
|
LNUSD
|
0.015969
|
0.029160
|
0.547651
|
0.5850
|
LNGIRO
|
0.702937
|
0.049432
|
14.22035
|
0.0000
|
R-squared
|
0.657997
|
Mean dependent var
|
8.878622
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.649075
|
S.D. dependent var
|
0.458998
|
|
S.E. of
regression
|
0.271905
|
Akaike info criterion
|
0.266309
|
|
Sum squared
resid
|
8.502232
|
Schwarz criterion
|
0.359725
|
|
Log likelihood
|
-11.84539
|
F-statistic
|
73.75147
|
|
Durbin-Watson
stat
|
1.082859
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
Sumber : Data Diolah dengan Eviews 3.0
Hasil
estimasi dengan menggunakan regresi OLS secara lengkap dapat dilihat pada persamaan
sebagai berikut :
LnPUAB
= 0.818672 - 0.023189LnSIBOR +
0.015969LnUSD +0.702937LnGIRO
Dari
hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa variabel SIBOR berpengaruh negatif
dan tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang
lebih besar daripada 0,05 yang berarti tidak berpengaruh secara langsung
terhadap variabel volume PUAB. Untuk variabel nilai tukar dapat dilihat bahwa
nilai tukar berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume PUAB
asumsi cateris paribus. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar daripada 0,05 yang berarti
tidak berpengaruh secara langsung terhadap variabel volume PUAB.
Sementara
variabel Saldo Giro pada Bank Indonesia berpengaruh positif dan signifikan, hal
ini dapat dilihat dari probabilitasnya yang lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian jika Saldo Giro pada Bank Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1
miliar Rupiah maka volume PUAB akan meningkat sebesar 0.702937 miliar Rupiah cateris paribus (dengan asumsi variabel
lain tetap).
Pada
Tabel pengujian OLS ditunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 73,75 dimana nilai
tersebut lebih besar dari F-tabel yakni 8,55 dengan tingkat signifikan 5%. Oleh
karena F-hitung lebih besar dari F-tabel maka Ho ditolak yang berarti secara
bersama-sama variabel bebas (independen) mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel terikat (dependen).
Nilai
R2 terletak antara (0-1) dan
jika nilai R2 = 0,65 berarti variasi dari semua variabel independen
mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 65% dan sisanya 35%
dijelaskan oleh variabel lain yang belum diketahui atau belum dimasukkan dalam
model.
4.2.3
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
4.2.3.1 Uji Multikolonieritas
LnSIBOR
= α + β1LnUSD + β2LnGIRO
+µ.....................................................4.2)
R-square
0,006 dan F-statistik 0,40
LnUSD
= α + β1LnSIBOR + β2LnGIRO
+µ.....................................................4.3)
R-square
0,04 dan dan F-statistik 2,98
LnGIRO
= α + β1LnUSD + β2LnSIBOR
+µ.....................................................4.4)
R2 0,05 dan F-statistik 3,40
Dari
hasil regresi di antara variabel independen terlihat bahwa koefisien
determinasinya masaih lebih kecil dibandingkan dengan koefisien determinasi (R2)
dari hasil regresi antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu
sebesar 0,65. Hal ini berarti bahwa di antara variabel independen tidak
terdapat multikolonieritas.
4.2.3.2 Uji Autokorelasi
Uji
autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu seperti deret waktu atau ruang seperti data cross
section. Untuk menguji autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW-Test).
Breusch-Godfrey
Serial Correlation LM Test:
|
|||
F-statistic
|
1.696391
|
Probability
|
0.188062
|
Obs*R-squared
|
3.499769
|
Probability
|
0.173794
|
Sumber : Data Diolah dengan Eviews 3.0
Tabel
di atas menunjukkan bahwa model tidak mengalami autokorelasi karena
probabilitas Chi Square nya lebih besar dari 0,05 yakni 0,17 > 0,05.
4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas
Uji
ini bertujuan untuk menguji apakah varian residual regresi dari satu pengamatan
ke pengamatan lain sama atau berbeda. Jika varian dalam pengamatan yang berbeda
nilainya tetap maka dinamakan homokedastisitas. Jika varian berbeda maka
disebut heterokedastisitas dimana model mengalami gangguan.
White
Heteroskedasticity Test:
|
|||
F-statistic
|
0.814910
|
Probability
|
0.560540
|
Obs*R-squared
|
4.977741
|
Probability
|
0.546671
|
Sumber : Data Diolah dengan Eviews 3.0
Hasil
output menunjukkan nilai obs*R-square adalah
sebesar 4,97 sedangkan nilai probabilitas (chi-square)
adalah 0,54 (lebih besar daripada α = 0,05), dengan demikian model tidak
mengalami masalah heterokedastisitas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.
Variabel Saldo
Giro Bank Indonesia menunjukkan pengaruh yang signifikan dan berpengaruh
positif terhadap Volume Pasar Uang Antar
Bank sebesar 0,702937, variabel suku Bunga SIBOR tidak signifikan dan
berpengaruh negatif terhadap Volume Pasar Uang Antar Bank sebesar -0,023189,
variabel Kurs Rupiah tidak signfikan dan berpengaruh positif terhadap pasar
uang antar bank sebesar 0,015969.
b.
Pada uji
statistik F, menunjukkan bahwa semua variabel independen, yaitu Saldo Giro Bank
Indonesia, Suku Bunga SIBOR dan Kurs Rupiah secara bersamaan mempengaruhi
variabel dependen Volume Pasar Uang Antar Bank.
c.
Koefisien R2
(R Squared) sebesar 0,65 menyatakan bahwa variabel Saldo Giro,
Suku Bunga SIBOR dan Kurs Rupiah mampu menjelaskan variasi Variabel Volume
Pasar Uang Antar Bank sebesar 65%, sedangkan sisanya sebesar 35% dijelaskan
oleh faktor lain di luar model.
d.
Dalam uji penyimpangan asumsi klasik,
diketahui bahwa model estimasi terhindar dari masalah multikolonieritas,
autokorelasi dan heterokedastisitas.
5.2 Saran
Dari
kesimpulan tersebut dapat diajukan saran sebagai berikut :
a.
Bank sentral sebagai pelaku kebijakan
moneter harus berhati-hati dalam pengendalian suku bunga yang nantinya akan
mempengaruhi berbagai suku bunga di pasar uang yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap kegiatan Pasar Uang.
b.
Bank umum harus menjaga likuiditas
mereka, karena likuiditas sangat penting bagi keberlangsungan operasi bank,
oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang efektif. Jika bank tersebut
kekurangan likuiditas maka akan berdampak pada sistem perbankan.
c.
Bagi penelitian selanjutnya dapat
menambah periode penelitian yang lebih panjang dan memperluas sampel penelitian
misalnya menggunakan variabel-variabel lain yang lebih signifikan misalnya
variabel dari likuiditas perbankan sehingga diperolehnya faktor-faktor yang
mempengaruhi pasar uang antar bank yang lebih jelas.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Asngari, Imam. 2011. Modul EkonometrikaProgram Eviews dan SPSS. Palembang : Laboratorium
Komputer Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Dewati, Wahyu. 2004. Mikrostruktur Pasar Uang Antar
Bank Rupiah Pembentukan dan Perilaku Harga.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Dukic,Dorde dan Malisa.
2011. The Influence of Interbank Money
Market Stress Levels on Credit Markets During the Postcrisis Period in the US
and The Euro Area. Economic Annals,
Volume LVI, No. 189 / April – June 2011 UDC: 3.33 ISSN: 0013-3264.
Hamim, Tamvir. 2012. A Scenario of Inter-bank Call Money
Arrangement and Its
Affiliation
with Twofold Variables: Empirical Evidences from Banking Industry of Bangladesh. Research Journal of Finance and Accounting, Vol 3, No 5, 2012. ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847
Hermawan,Ari.
2011. Analisis determinan yang berpengaruh
terhadap volume transaksi
pasar uang antar bank (PUAB) periode 2005-2010. Di akses pada 24
Maret 2013 dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/
123456789/5964
Irfansyah, Jhon. 2009. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Internasional dan Kurs Terhadap Tingkat Suku Bunga PUAB
1995-2007. Universitas Sriwijaya,Palembang. Skripsi (tidak dipublikasi).
Kuncoro, Mudradjad.2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis? Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mahmudy,
Mahdi. 2005. Seri Kebanksentralan : Pasar
Uang Rupiah (Gambaran
Umum). Jakarta Penerbit Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK).
Mankiw, N. Gregory.
2007. Macroeconomics. Edisi 6.
Jakarta: Erlangga
Maulidya, Corvia. 2011. Analisis Pasar Uang Antar Bank di Indonesia. Universitas
Sriwijaya, Palembang. Skripsi (Tidak
Di Publikasi)
Nophirin, Ph.D. 1987. Ekonomi
Moneter II, Edisi I. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta.
Prishardoyo, Bambang dan Karsinah. 2010. Analasisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank di
Indonesia Tahun 1983-2007. Jurnal Ekonomi
Universitas Negeri Semarang : JEJAK,
Volume 3 Nomor 2.
Roswita AB. 2000. Ekonomi moneter :
Teori, Masalah dan Kebijakan.Palembang: Universitas Sriwijaya.
Tarigan,
Aman. 2004. Strategi Pengembangan Pasar
Uang di Indonesia. Digital Library, Universitas Sumatera Utara.
Taswan.
2010. Manajemen perbankan konsep, teknik dan aplikasi. Yogyakarta : UPP STIM
YKPN.
Utami , Dyah . 2012 . Pengaruh SIBOR, SBI, dan KURS Terhadap Suku BungaPasar Uang Antar Bank
Periode Tahun 2000.QI Sampai 2009.QIV. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Semarang.
Wahyu, Iss Savitri, Dadal, Ibrahim, Zainuddin. 2004. Mikrostruktur
Pasar Uang Antar Bank Rupiah Pembentukan Dan Perilaku Harga. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
http://www.bankmandiri.co.id/images/2009/promo/commercial%20loan.pdf
Diakses pada
Oktober 2012.
http://www.bi.go.id/biweb/html/SekiTxt/T3x115.txt . Diakses pada Oktober 2012.
Langganan:
Postingan (Atom)