Senin, 29 Juli 2013

274 Days 'FI'

aku sekarang udh bisa panggil kamu fi bukan ar lagi,
iyah 'fi' sosok laki laki sederhana yang udh ngeluluhin hati aku dan ngebuat hati itu kekunci gak bisa untuk keluar lagi...
'fi' yang selalu marah keras egois , tapi itu yang bikin aku makin sayang
aku memang skr udah gak sama kamu lg , tapi dari jauhpun aku bisa lihat kamu, aku bisa ngerasain gimana bahagianya sekarang km tanpa aku..
iyaa aku yang selalu marahin kamu, aku yang selalu nyusahin dan repotin km, aku yang selalu minta putus tapi akhirnya nyesel :"))
aku nulis catetan ini dihari harusnya kita ngerayain tanggal 29 yah , banyak yang mau aku omongin ke kamu, aku mau sandaran di pundak km, aku mau peluk km, tp yaa gak bisa, untuk sekedar nanya kabar aku aja kamupun gak mau
iyaa aku udh terlalu banyak bgt ngecewain kamu fi, aku ga bisa ngelakuin banyak hal yang bisa nyenengin km, pdahal km orang selalu bkin aku senyum
cobaa aja aku punya kesempatan sekali lagi fi, banyak hal yang aku kangenin selama kita sama sama..
aku kangen kita makan duren di pinggir jalan
aku kangen kita lomba makan semangka hhha
aku kangen kita main gitar dan km ajarin main gitar
aku kangen kita cari bintang laut bareng
aku kangen marah marahnya km
aku kangen ketiduran dimotor pas km bonceng aku
aku kangen semua tawanya kamu
aaahhhhhh terlalu banyak fi yang aku kangenin :")


i know you're somewhere out there, somewhere far away
i want you back , i want you back
my neighbours think i'm crazy
but they dont understand
you're all i have
you're all i have
at night when the stars light up my room
i sit by myself
talking to the moon
try to get to you
in hopes you're on the other side
talking to me too
or am i a fool who sits alone

NGETIK INI SAMBIL DENGER LAGUNYA BRUNO MARS TALKING TO THE MOON
AAAHHHHHH AAARRRRFIIIIIIIIIIIIII.....................


Minggu, 21 Juli 2013

SERI MAKALAH MONETER



ANALISIS PENGARUH SALDO GIRO BANK INDONESIA, SUKU BUNGA INTERNASIONAL (SIBOR) DAN KURS TERHADAP VOLUME TRANSAKSI PASAR UANG ANTAR BANK DI INDONESIA

Oleh :
Kiki Octa Wulandari

ABSTRACT
This research is aimed at identifying the influence of Bank Indonesia Credit Transfer Balance, International Interest Rates, and Exchange Rates on The Volumes of Inter-bank Money Market Transactions. The data cover the period of 2002-2011 and are analyzed qualitatively and quantitatively by use of Ordinary Least Square (OLS) multiple regression method. The research result show that Bank Indonesia Credit Transfer Balance shows a significant and positive influence on the Inter-bank Money Market Transactions whereas International Interest Rates SIBOR do not. The Exchange Rates do not have a significant but positive influence on The Volume of The Transactions in Indonesia.

Keywords : Interbank Call Money Market, Bank Indonesia Credit Transfer
      Balance, SIBOR, Exchange Rate


I.                   PENDAHULUAN
Terapresiasinya mata uang Indonesia menyebabkan meningkatnya kepercayaan terhadap mata uang domestik, hal ini juga akan meningkatkan perekonomian Indonesia yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apabila nilai tukar Dollar terhadap Rupiah atau kurs terapresiasi maka permintaan terhadap Rupiah akan meningkat, sehingga transaksi Pasar Uang Antar Bank akan meningkat seiring dengan Bank-Bank yang membutuhkan dana lebih untuk memenuhi permintaan dana untuk nasabahnya.
Pasar uang antar bank tidak hanya ditentukan oleh tingkat bunga yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari faktor luar negeri yaitu melalui suku bunga internasional, suku bunga internasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIBOR (singapore interbank offered rate) karena secara umum suku bunga internasional terutama di Asia Tenggara yang sering dipakai adalah suku bunga SIBOR. Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR) merupakan salah satu indikator moneter internasional yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan suku bunga di Indonesia. Hal ini juga mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian, terutama sektor moneter sangat terpengaruh oleh perekonomian dunia. Pergerakan suku bunga SIBOR sesuai dengan pergerakan pasar uang yang mengikuti kondisi ekonomi dunia. SIBOR akan mempengaruhi pola transaksi keuangan di Indonesia terutama dalam hal lalu lintas Internasional. Di Indonesia perkembangan suku bunga di dalam negeri juga dipengaruhi oleh suku bunga internasional. Penurunan dan kenaikan tingkat bunga di dalam negeri sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mengupayakan perbedaan selisih antara tingkat bunga domestik dengan tingkat bunga internasional berada pada tingkat yang wajar.        
Pada lembaga perbankan, persoalan likuiditas adalah persoalan pada dua sisi pada neraca bank. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah setiap ada penarikan simpanan nasabah, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan (Taswan, 2010 : 246).
Bank akan memenuhi sebagai bank yang likuid apabila : (a) Memegang sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang kas, rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan. (b) Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid akan tetapi bank tersebut memiliki surat-surat berharga berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa mengalami kerugian bank sebelum jatuh tempo. (c) Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui pencipataan utang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money, penjualan surat-surat berharga dengan repurchase agreement (Taswan, 2010 :246).
Suatu bank dapat dikatakan likuid jika bank itu mampu memenuhi kewajibannya dengan segera. Hal ini berarti bank harus mampu menyediakan alat likuid yang cukup, dapat melakukan peminjaman dana, atau dapat menjual sebagian aktivanya dengan segera untuk memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya. Likuiditas sangat penting bagi keberlangsungan operasi bank karena itu diperlukan pengelolaan yang efektif untuk menghindari terjadinya permasaahan yang serius dikemudian hari. Kekurangan likuiditas pada suatu bank dapat mengakibatkan pengaruh yang lebih luas dan berdampak negatif pada sistem perbankan. Mayoritas perbankan mengalami kesulitan likuiditas yang dibuktikan dengan pelanggaran Giro Wajib Minimum (GWM) dan pelanggaran saldo debet. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan sumber dana guna mengatasi likuiditas (www.bi,go.id diakses pada tanggal 15 Maret 2013: 21.00 WIB).
Dalam mencapai rentabilitas maksimum hampir seluruh lembaga keuangan memanfaatkan dana yang sementara menganggur dalam usaha pinjam meminjam uang antar bank. Hal ini disebabkan karena dalam jangka waktu sangat pendek bank belum mampu meningkatkan pemberian kredit sebagai upaya mengimbangi penyetoran dana oleh nasabah. Transaksi antar bank tersebut menggunakan peralatan berupa surat jangka pendek. Dalam hal ini pasar uang sangat berperan dalam mengisi kebutuhan perusahaan yang sementara waktu memiliki kelebihan atau kekurangan uang. Adanya peningkatan kegiatan transaksi pinjam meminjam uang antar bank bisa mencerminkan bergairahnya kegiatan di sektor ekonomi. Aktifitas pasar dana antar bank mulai dirintis pada April 1974 yang bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan pengerahan dana dari masyarakat, memenuhi likuiditas bank dalam jangka pendek, membantu bank-bank di dalam pemanfaatan kelebihan dana secara efisien sekaligus membantu meningkatkan kondisi perbankan pada umumnya (Irfansyah, 2009: 1).
Pasar Uang Antar Bank (PUAB) merupakan media pertama bagi transmisi kebijakan moneter. Melalui transaksi pinjaman antar bank yang sebagian besar berjangka waktu pendek (harian/overnight) sampai dengan 90 hari atau 3 bulan (Mahmudy, 2005 : 42). Umumnya, secara teoritis dikemukakan bahwa transaksi dana di pasar antar-bank  memberikan sinyal  di pasar kredit terbuka. Rata-rata suku bunga pinjaman harian/overnight adalah tingkat semalam, yang merupakan jangka terpendek suku bunga pasar, dan karena itu memiliki peran penting dalam model struktur dikebijakan moneter (Bernanke dan Blinder dalam yusuf, 1992 : 5). Namun, terlepas dari tingkat bunga (biaya transaksi) di pasar yang mempengaruhi tempo kegiatan di pasar, faktor penentu lainnya adalah posisi likuiditas bank, dan perubahan dalam permintaan untuk mata uang asing yang menentukan frekuensi bank mengakses pasar dana untuk menutupi penawarana di Pasar Valuta Asing.  Sinyal kebijakan moneter ditransmisikan kepada suku bunga instrumen lainnya di pasar keuangan. Keberadaan Pasar Uang Antar Bank sangat mendukung terhadap tingkat likuiditas lembaga keuangan terutama bank. Para pembuat kebijakan percaya bahwa pasar dana antar bank menyediakan informasi berharga tentang kesehatan masing-masing bank-bank.  Ketika bank tidak bisa mendapatkan pinjaman dari bank lain, itu adalah tanda pertama bahwa ada sesuatu yang salah dengan bank tertentu (Yusuf D.Bulus, 2010 : 5).
Perkembangan pasar uang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir diwarnai oleh dampak dari kejadian–kejadian eksternal maupun internal. Beberapa hal diantaranya yaitu dampak krisis ekonomi global, peningkatan suku bunga domestik akibat konsolodasi bank-bank, kebutuhan bank-bank akan likuiditas Rupiah dan munculnya jenis produk dan diversifikasi piranti pasar uang yang lain maupun munculnya spekulasi valuta asing (Tarigan, 2004 :1). Pasar uang juga mengalami perkembangan yang cukup pesat sejalan dengan semakin terintegrasinya pasar uang domestik dan internasional, semakin banyaknya produk-produk pasar keuangan yang muncul, serta pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komputer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Pasar Uang Antar Bank tidak hanya berasal dari masalah likuiditas perbankan saja tetapi juga bisa berasal dari faktor eksternal misalnya, suku bunga luar negeri dan Nilai Tukar Rupiah. Nilai Tukar dan suku bunga SIBOR mempengaruhi Pasar Uang Antar Bank yaitu apabila terjadi capital outflow maka investor akan mencari tingkat pengembalian yang lebih tinggi akibatnya permintaan akan uang Rupiah menjadi sedikit dan akan berpengaruh terhadap kegiatan transaksi PUAB Rupiah, sedangkan untuk Saldo Giro Bank Indonesia, meningkat atau menurunnya Saldo Giro menandakan Likuid atau tidaknya Bank tersebut. Semakin meningkatnya Likuiditas Bank tersebut pemenuhan akan kebutuhan transaksi Bank tersebut tercukupi sehingga melakukan kegiatan pinjam meminjam dana di pasar uang dibatasi. Untuk itu menarik mengangkat permasalahan tentang bagaimana ‘Pengaruh  Saldo Giro Pada Bank Indonesia (BI), Suku Bunga Internasional (SIBOR) dan Kurs terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank  di Indonesia’.
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dicoba untuk dijawab adalah bagaimana pengaruh Saldo Giro pada Bank Indonesia, Suku Bunga Internasional (SIBOR) dan Kurs terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank di Indonesia.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Saldo Giro pada Bank Indonesia, Suku Bunga Internasional (SIBOR) dan Kurs terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank di Indonesia.

II.            KAJIAN PUSTAKA
2.1          Teori Likuiditas
Likuiditas suatu bank mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan bank. Persoalan likuiditas adalah persoalan dilematis, artinya kalau bank menghendaki bentuk pemeliharaan likuiditas yang tinggi maka profit akan turun atau rendah. Bank yang memiliki likuiditas tinggi secara umum porsi aktivanya relatif lebih besar pada aktiva jangka pendek, sedangkan bank yang likuiditasnya rendah umumnya porsi dana yang tertanam lebih besar pada aktiva jangka panjang. Semakin besar dana yang mengalir di kas dan giro pada Bank Indonesia semakin likuid bank tersebut, namun demikian kontribusi pendapatan dari aspek tersebut rendah.
2.2         Komponen Pengelolaan Likuiditas
2.2.1. Saldo Giro pada Bank Indonesia (BI)
Saldo Giro pada BI terdiri dari saldo giro yang dicatat dalam pembukuan Bank Indonesia. Saldo giro bank ini meliputi seluruh saldo giro cabang-cabangnya di kantor cabang Bank Indonesia di seluruh Bank Indonesia. Besarnya giro BI yang diperlukan oleh setiap bank setiap harinya ditentukan oleh : (a) Besarnya penarikan tunai dalam operasional sehari-hari. (b) Besarnya kewajiban jatuh tempo yang harus dipenuhi oleh bank. (c) Besarnya komitmen kredit yang akan ditarik. (d) Batas minimal 5% dari Dana Pihak Ketiga (www.bi.go.id di akses pada tanggal 14 Maret 2013 : 17.00 WIB).
2.3         Pasar Uang
          Pasar uang  adalah Pasar yang menyediakan sarana pengalokasian dan pinjaman dana jangka pendek, karena itu pasar uang merupakan pasar likuiditas primer. Transaksi dalam pasar uang dilakukan dengan menggunakan sarana telekomunikasi sehingga pasar uang ini disebut juga dengan pasar abstrak karena pelaksanaannya tidak dilakukan di tempat tertentu sebagaimana halnya dengan bursa efek pada pasar modal. Berkaitan dengan itu pasar uang merupakan pasar yang tidak teroganisasi (Unorganized market).
2.4  Pasar Uang Antar Bank (PUAB)
PUAB Overnight (O/N) merupakan pasar uang di mana bank melakukan transaksi pinjaman (atau pemberian pinjaman) antar bank  dalam mata uang rupiah dengan jangka sangat pendek (harian/overnight) sampai dengan 90 hari atau 3 bulan. Pasar ini memiliki karakeristik tersendiri, produk yang diperdagangkan melibatkan mata uang yang sama desain sistem perdagangannya memungkinkan setiap pemain bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri, tidak membedakan secara resmi jenis-jenis pemain sebagai agen maupun untuk kepentingan sendiri dan biaya transaksi relatif sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi keputusan bertransaksi.

2.5            Teori Suku Bunga
Tingkat bunga memegang peranan penting dalam setiap perekonomian yang menggunakan uang sebagai alat penyimpanan nilai dan sebagai variabel penghubung antara pasar uang dan pasar barang. Pengertian dasar tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu, adapun pengertian lainnya adalah harga yang harus dibayar bila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti, misalnya setahun lagi (Roswita AB, 2000: 150).
2.6            Teori Kurs
           Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah jumlah atau harga relatif  mata uang domestik dari mata uang luar negri (asing). Sebagai contoh nilai tukar  Rupiah terhadap Dollar Amerika adalah harga satu dolar Amerika dalam rupiah, atau dapat juga sebaliknya harga satu rupiah terhadap satu Dollar. Saat ini di Indonesia berlaku sistem nilai tukar mengambang bebas. Bank sentral membiarkan nilai tukar menyesuaikan diri untuk menyamakan nilainya di pasar, sehingga nilai tukar tercipta melalui mekanisme pasar secara murni di mana terbentuk melalui kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
2.6.1.  Jenis Kurs
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua macam yaitu kurs nominal dan kurs riil (Mankiw, 2006 : 128).
1.        Kurs Nominal
Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah tingkat di mana orang-orang memperdagangkan mata uang suatu negara untuk mata uang negara lain. atau dengan kata lain adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dollar AS dan rupiah Indonesia adalah Rp 9.700/dollar, maka seseorang dapat menukar 1 dollar tersebut dengan Rp 9.700 di pasar uang.

2.        Kurs Riil
Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.
Kurs Riil = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga
= e x (P/P*)
Keterangan:
= Kurs Riil
e = Kurs Nominal
P = Harga Sekarang
P* = Harga Sebelumnya

2.7 Kerangka Pemikiran
III. METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan data time series perbulannya dari tahun 2002 sampai dengan 2011. Meliputi data volume transaksi pasar uang antar bank di Indonesia, Saldo Giro pada Bank Indonesia, Suku Bunga Internasional Singapore (SIBOR) dan Kurs Dollar terhadap Rupiah yang bersumber dari Bank Indonesia (BI).
Dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang digunakan untuk menjelaskan perkembangan Pasar Uang Antar Bank, Suku Bunga Internasional SIBOR dan Kurs dengan menggunakan bantuan berupa tabel dan  kurva yang memuat variabel data-data yang diamati dan dilihat dengan data yang relevan.
Analisis kuantitatif merupakan teknik analisis dimana metode penganalisaannya dengan menggunakan regresi model ekonometrika untuk di uji hipotesis. Metode yang digunakan adalah regresi sederhana dengan software EVIEWS, untuk menganalisis pengaruh Saldo Giro BI, Suku Bunga SIBOR dan Kurs terhadap Volume Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dengan persamaan :

Y = α0 + β1X1 + β2X2 +  β2X3 +  e...............................................................................3.1)
di mana:
Y              = Volume transaksi Pasar Uang Antar Bank
 Α             = konstanta
X1            = Saldo Giro Pada Bank Indonesia
X2            = Nilai Tukar Rupiah / U$D
X3            = Tingkat Suku Bunga Internasional (SIBOR)
e               = error term
Sebelum diregresi, data terlebih dahulu di stasionerkan menggunakan uji stasioneritas data Augmented Dickey-Fuller. Untuk melihat tingkat signifikansi pengaruh variabel dependen maka digunakan uji T. Selain uji T maka perlu juga untuk melihat apakah model yang telah dirumuskan memiliki pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik (autokorelasi, multikolonieritas dan heterokedastisitas) serta uji F.




IV.  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Perkembangan Volume Transaksi PUAB        
Aktifitas PUAB di tahun 2002 secara keseluruhan rata-rata volume transaksi kedua sesi tersebut relatif stabil bahkan di PUAB sesi sore terdapat kecenderungan penurunan.
Perkembangan PUAB di 2003 cenderung menurun dibandingkan volume rata-rata transaksi di 2002 yaitu sebesar Rp 4,154 miliar. Hal ini semakin meguatkan indikasi meningkatnya ekses likuiditas perbankan sehingga bank tidak memerlukan tambahan dana yang besar melalui transaksi PUAB.
Kemudian selama tahun 2004 aktivitas di pasar uang antar bank (PUAB) cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2003 yaitu sebesar Rp 4,353 miliar. Menurut data dari Outlook Ekonomi tahun 2004, kenaikan tersebut diperkirakan berkaitan dengan antisipasi perbankan terhadap perubahan jadwal lelang SBI (Sertifikat Bank Indonesia).  Volume PUAB tahun 2005 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian.
Pada tahun 2006 Volume Transaksi PUAB cenderung stabil perbulannya, namun rata-rata transaksi pertahun meningkat sebesar Rp 8,405 miliar dibanding tahun 2005.
Di awal tahun 2009 volume transaksi PUAB melemah dikarenakan masih berlanjutnya resiko pasar uang yang terjadi akibat krisis di tahun 2008. Pada tahun 2010 perkembangan PUAB cukup stabil sebesar Rp 10,547 miliar dibandingkan dengan volume tahun 2009 dan masih dibawah volume sebelum krisis.
Di tahun 2011 rata-rata volume transaksi PUAB sedikit meningkat sebesar  Rp 11,261 miliar dibandingkan dengan tahun 2010, ditengah upaya bank Indonesia untuk mendorong transaksi di pasar uang melalui pelebaran koridor suku bunga.
4.1.2 Perkembangan Saldo Giro Pada Bank Indonesia
Untuk tahun 2003 terjadi peningkatan yang wajar yaitu sebesar Rp 39,351 miliar rata-rata/ tahun dibandingkan dengan tahun 2002 yaitu sebesr Rp 34,536, sehingga likuiditas untuk giro mengalami peningkatan pada tahun 2003. Sedangkan tahun 2004, peningkatan untuk rekening giro meningkat lumayan tinggi yaitu sebanyak Rp 50,625 miliar. Tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 saldo giro  mengalami perubahan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Kemudian saldo giro di tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat tinggi yaitu menjadi Rp 80,109 dimana saldo giro pada tahun 2008 sebesar Rp111,449. Ini merupakan dampak dari krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat yang berimbas dengan keuangan di Indonesia yang masih berefek pada tahun 2009. Pada tahun 2010 dan 2011 terjadi pemulihan perekonomian sehingga rekening giro mengalami peningkatan di tahun 2010 dan kemudian stabil di tahun 2011.
4.1.3 Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar
Sepanjang awal tahun 2002 Kurs Rupiah sebesar Rp. 10.391/USD Amerika dan di akhir tahun kurs menjadi Rp. 8.906. Data dari Outlook Ekonomi 2002 penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar, sebagai bentuk pemulihan dari pasca krisis moneter dan pasca krisis keuangan global dimana hal tersebut memang membuat perekonomian Indonesia melambat.
Sementara di tahun 2003 untuk keseluruhan kurs secara rata-rata menguat sebesar Rp 8.577. Pada tahun 2004 dan 2005 kurs cenderung melemah, tahun 2004 secara rata-rata sebesar Rp 8.929/USD. Hal ini secara fundamental adanya tekanan terhadap Rupiah berasal dari pembelian valuta asing oleh pelaku asing serta pembelian dari pelaku dalam negeri dalam rangka pembayaran utang luar negeri di akhir tahun. Di tahun 2005 Secara keseluruhan, rata-rata nilai tukar Rupiah selama tahun 2005 adalah Rp 9.705 atau mengalami depresiasi dibandingkan tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2006 nilai tukar rupiah secara umum mengalami penguatan dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp 9.164/USD disertai pergerakkan yang lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Kurs rupiah di awal tahun 2007 mengalami penguatan namun di akhir tahun Kurs cenderung melemah terhadap Dolar AS. Kurs rupiah sepanjang tahun 2008 mengalami depresiasi. Krisis global telah mendorong para investor asing menghindari risiko.
Sepanjang akhir tahun 2009, Kurs rupiah bergerak menguat dibanding di awal tahun. Perkembangan nilai tukar selama 2010 didominasi oleh faktor eksternal, rata-rata Kurs Rupiah tahun 2010 terhadap Dollar AS terapresiasi sebesar Rp. 9.086/USD dibanding rata-rata nilai tukar di tahun 2009 sebesar Rp.10.407/USD. Pada tahun 2011 Kurs Rupiah secara rata-rata menguat relatif terbatas dari bulan Januari hingga bulan Desember.

4.1.4 Perkembangan Suku Bunga SIBOR
Pada tahun 2001 SIBOR mengalami penurunan dari tahun 2000 sebesar 6,5 % menjadi 3,8 % di tahun 2001. Tahun 2002 dan 2003, suku bunga SIBOR menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar 1,8 % pada tahun 2002 dan 1,2 % pada tahun 2003  hal ini disebabkan karena pada saat itu memburuknya kondisi ekonomi secara global, serta ancaman Amerika Serikat terhadap Irak dan terorisme telah meningkatkan resiko keamanan dan ketidakpastian dalam berinvestasi (www.google.co.id di akses pada tanggal 24 Maret 2013 : 12.00).
Tahun 2005 SIBOR kembali meningkat sebesar 3,5 % SIBOR, kenaikan ini disebabkan oleh kebijakan moneter ketat di Amerika Serikat. Di tahun 2006 suku Bunga SIBOR kembali naik lagi sebesar 5,2 %, diakibatkan pasar keuangan di kawasan ASIA menunjukkan tingginya minat investor untuk berinvestasi dikawasan ASIA terutama di Singapura (Laporan Perekonomian BI, 2005 dan 2006).
Tahun 2007 Suku Bunga SIBOR meningkat sedikit dibanding tahun sebelumnya yaitu 5,3 %, akibat dari kondisi Amerika yang memburuk (Subprime Mortage). Krisis ini menjadikan likuiditas pasar menjadi ketat dan mendorong peningkatan suku bunga. Kemudian di tahun 2008 bank sentral meredakan keketatan pasar kredit dengan menurunkan suku bunga SIBOR sebesar 2,3%  ke level sebelum terjadinya kebangkrutan Lehman Brothers pada September 2008. Tahun 2009 dan 2010 Suku Bunga SIBOR mengalami penurunan sebesar 0,7% di tahun 2009 dan  0,35 % di tahun 2010, disebabkan oleh ketidakstabilan di pasar keuangan global tetap terjadi akibat masih kuatnya persepsi negatif terhadap prospek pemulihan ekonomi gobal serta masih memburuknya kinerja lembaga-lembaga keuangan, hal itu mengakibatkan investor mengurangi penempatan dana di pasar kredit dan pasar modal, baik di negara maju maupun negara berkembang. Dalam kondisi ketidakpastian ini, investor global cenderung menghindari risiko.

4.2 Hasil Pembahasan
4.2.1 Teknik Pengujian Model
Tabel 4.5  Hasil Pengujian Non-stasioneritas Pada Tingkat Level
Unit Root Test
LEVEL
KET
Intercept
Trend and Intercept
None
ADF Test
Critical Value
ADF Test
Critical Value
ADF Test
Critical Value
LNPUAB
-3.7477
-3.4861
-2.8857
-2.5795
-5.2440
-4.0373
-3.4478
-3.1488
0.06185
-2.5830
-1.9426
-1.6171
Tidak Stationer
LNSIBOR
-0.3597
-3.4861
-2.8857
-2.5795
-0.9714
-4.0373
-3.4478
-3.1488
-0.6469
-2.5830
-1.9426
-1.6171
Tidak Stationer
LNUSD
-10.6422
-3.4861
-2.8857
-2.5795
-10.3428
-4.0373
-3.4478
-3.1488
0.2416
-2.5830
-1.9426
-1.6171
Tidak Stationer
LNGIRO
0.9471
-3.4865
-2.8859
-2.5796
-1.9000
-4.0380
-3.4481
-3.1489
1.6029
-2.5831
1.9427
-1.6171
Tidak Stationer
Sumber : Data diolah dengan Eviews 3.0
Hasil pengujian stasioner dengan tingkat signifikan 1%, 5% dan 10% untuk masing-masing variabel menunjukkan bahwa hampir semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak stasioner pada tingkat level, artinya seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak stasioner karena nilai t-statistik ADF nya lebih kecl dari nilai kritis 1%, 5% dan 10%.
4.2.1.1 Uji Integrasi
Tabel 4.6  Hasil Uji Akar-akar Unit (First Difference)
Unit Root Test
FIRST DIFFERENCE
KET
Intercept
Trend and Intercept
None
ADF Test
Critical Value
ADF Test
Critical Value
ADF Test
Critical Value
LNPUAB
-14.5905
-3.4865
-2.8859
-2.5796
-14.5517
-4.0380
-3.4481
-3.1489
-14.6489
-2.5831
-1.9427
-1.6171
Stasioner
LNSIBOR
-6.3952
-3.4865
-2.8859
-2.5796
-6.3833
-4.0380
-3.4481
-3.1489
-6.3972
-2.5831
-1.9427
-1.6171
Stasioner
LNUSD
-10.9501
-3.4865
-2.8859
-2.5796
-11.1877
-4.0380
-3.4481
-31489
-10.9053
-2.5831
-1.9427
-1.6171
Stasioner
LNGIRO
11.7067
-3.4870
2.8861
-2.5797
-11.6559
-4.0387
-3.4484
-3.1491
11.4657
-2.5833
-1.9427
-1.6171
Stationer
Sumber : Data diolah dengan Eviews 3.0
Hasil pengujian yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel yang diamati telah stasioner pada derajat kepercayaan yang sama (1%, 5% dan 10%). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa data seluruh variabel yang diestimasi dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama.




4.2.2 Intepretasi Model
Tabel 4.7 Pengujian OLS
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob. 
C
 0.818672
 0.562753
 1.454762
 0.1485
LNSIBOR
-0.023189
 0.024525
-0.945543
 0.3464
LNUSD
 0.015969
 0.029160
 0.547651
 0.5850
LNGIRO
 0.702937
 0.049432
 14.22035
 0.0000
R-squared
 0.657997
    Mean dependent var
 8.878622
Adjusted R-squared
 0.649075
    S.D. dependent var
 0.458998
S.E. of regression
 0.271905
    Akaike info criterion
 0.266309
Sum squared resid
 8.502232
    Schwarz criterion
 0.359725
Log likelihood
-11.84539
    F-statistic
 73.75147
Durbin-Watson stat
 1.082859
    Prob(F-statistic)
 0.000000
Sumber : Data Diolah dengan Eviews 3.0
Hasil estimasi dengan menggunakan regresi OLS secara lengkap dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :
LnPUAB = 0.818672 - 0.023189LnSIBOR +  0.015969LnUSD +0.702937LnGIRO
Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa variabel SIBOR berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar daripada 0,05 yang berarti tidak berpengaruh secara langsung terhadap variabel volume PUAB. Untuk variabel nilai tukar dapat dilihat bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume PUAB asumsi cateris paribus. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar daripada 0,05 yang berarti tidak berpengaruh secara langsung terhadap variabel volume PUAB.
Sementara variabel Saldo Giro pada Bank Indonesia berpengaruh positif dan signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitasnya yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian jika Saldo Giro pada Bank Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1 miliar Rupiah maka volume PUAB akan meningkat sebesar 0.702937 miliar Rupiah cateris paribus (dengan asumsi variabel lain tetap).
Pada Tabel pengujian OLS ditunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 73,75 dimana nilai tersebut lebih besar dari F-tabel yakni 8,55 dengan tingkat signifikan 5%. Oleh karena F-hitung lebih besar dari F-tabel maka Ho ditolak yang berarti secara bersama-sama variabel bebas (independen) mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel terikat (dependen).
Nilai Rterletak antara (0-1) dan jika nilai R2 = 0,65 berarti variasi dari semua variabel independen mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 65% dan sisanya 35% dijelaskan oleh variabel lain yang belum diketahui atau belum dimasukkan dalam model.

4.2.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
4.2.3.1 Uji Multikolonieritas
LnSIBOR = α + β1LnUSD + β2LnGIRO +µ.....................................................4.2)
R-square 0,006 dan F-statistik 0,40
LnUSD = α + β1LnSIBOR + β2LnGIRO +µ.....................................................4.3)
R-square 0,04 dan dan F-statistik 2,98
LnGIRO = α + β1LnUSD + β2LnSIBOR +µ.....................................................4.4)
R0,05 dan F-statistik 3,40
Dari hasil regresi di antara variabel independen terlihat bahwa koefisien determinasinya masaih lebih kecil dibandingkan dengan koefisien determinasi (R2) dari hasil regresi antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu sebesar 0,65. Hal ini berarti bahwa di antara variabel independen tidak terdapat multikolonieritas.
4.2.3.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti deret waktu atau ruang seperti data cross section. Untuk menguji autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW-Test).

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
 1.696391
    Probability
 0.188062
Obs*R-squared
 3.499769
    Probability
 0.173794
Sumber : Data Diolah dengan Eviews 3.0
Tabel di atas menunjukkan bahwa model tidak mengalami autokorelasi karena probabilitas Chi Square nya lebih besar dari 0,05 yakni 0,17 > 0,05.
4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah varian residual regresi dari satu pengamatan ke pengamatan lain sama atau berbeda. Jika varian dalam pengamatan yang berbeda nilainya tetap maka dinamakan homokedastisitas. Jika varian berbeda maka disebut heterokedastisitas dimana model mengalami gangguan.


White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
 0.814910
    Probability
 0.560540
Obs*R-squared
 4.977741
    Probability
 0.546671
Sumber : Data Diolah dengan Eviews 3.0
Hasil output menunjukkan nilai obs*R-square adalah sebesar 4,97 sedangkan nilai probabilitas (chi-square) adalah 0,54 (lebih besar daripada α = 0,05), dengan demikian model tidak mengalami masalah heterokedastisitas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.         Variabel Saldo Giro Bank Indonesia menunjukkan pengaruh yang signifikan dan berpengaruh positif  terhadap Volume Pasar Uang Antar Bank sebesar 0,702937, variabel suku Bunga SIBOR tidak signifikan dan berpengaruh negatif terhadap Volume Pasar Uang Antar Bank sebesar -0,023189, variabel Kurs Rupiah tidak signfikan dan berpengaruh positif terhadap pasar uang antar bank sebesar 0,015969.
b.        Pada uji statistik F, menunjukkan bahwa semua variabel independen, yaitu Saldo Giro Bank Indonesia, Suku Bunga SIBOR dan Kurs Rupiah secara bersamaan mempengaruhi variabel dependen Volume Pasar Uang Antar Bank.
c.         Koefisien R2 (R Squared) sebesar  0,65 menyatakan bahwa variabel Saldo Giro, Suku Bunga SIBOR dan Kurs Rupiah mampu menjelaskan variasi Variabel Volume Pasar Uang Antar Bank sebesar 65%, sedangkan sisanya sebesar 35% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
d.        Dalam uji penyimpangan asumsi klasik, diketahui bahwa model estimasi terhindar dari masalah multikolonieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas.






5.2 Saran
Dari kesimpulan tersebut dapat diajukan saran sebagai berikut :
a.         Bank sentral sebagai pelaku kebijakan moneter harus berhati-hati dalam pengendalian suku bunga yang nantinya akan mempengaruhi berbagai suku bunga di pasar uang yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kegiatan Pasar Uang.
b.         Bank umum harus menjaga likuiditas mereka, karena likuiditas sangat penting bagi keberlangsungan operasi bank, oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang efektif. Jika bank tersebut kekurangan likuiditas maka akan berdampak pada sistem perbankan.
c.         Bagi penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian yang lebih panjang dan memperluas sampel penelitian misalnya menggunakan variabel-variabel lain yang lebih signifikan misalnya variabel dari likuiditas perbankan sehingga diperolehnya faktor-faktor yang mempengaruhi pasar uang antar bank yang lebih jelas.

VI. DAFTAR PUSTAKA

                . Bank Indonesia : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia

    . Bank Indonesia : Laporan Perekonomian Indonesia (Berbagai edisi)

                 .Bank Indonesia : Tinjauan Kebijakan Moneter (Berbagai edisi)

Asngari, Imam. 2011. Modul EkonometrikaProgram Eviews dan SPSS. Palembang : Laboratorium Komputer Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya

Dewati, Wahyu. 2004. Mikrostruktur Pasar Uang Antar Bank Rupiah  Pembentukan dan Perilaku Harga. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

Dukic,Dorde dan Malisa. 2011.  The Influence of Interbank Money Market Stress Levels on Credit Markets During the Postcrisis Period in the US and The Euro Area. Economic Annals, Volume LVI, No. 189 / April – June 2011 UDC: 3.33 ISSN: 0013-3264.

Hamim, Tamvir. 2012. A Scenario of Inter-bank Call Money Arrangement and Its
Affiliation with Twofold Variables: Empirical Evidences from Banking Industry of Bangladesh. Research Journal of Finance and Accounting, Vol 3, No 5, 2012. ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847

Hermawan,Ari. 2011. Analisis determinan yang berpengaruh terhadap volume transaksi pasar uang antar bank (PUAB) periode 2005-2010. Di akses pada 24 Maret 2013 dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/ 123456789/5964

Irfansyah, Jhon. 2009. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Internasional dan Kurs         Terhadap Tingkat Suku Bunga PUAB 1995-2007. Universitas Sriwijaya,Palembang. Skripsi (tidak dipublikasi).

Kuncoro, Mudradjad.2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis? Jakarta : Penerbit Erlangga.

Mahmudy, Mahdi. 2005. Seri Kebanksentralan : Pasar Uang Rupiah (Gambaran
            Umum). Jakarta Penerbit Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK).

Mankiw, N. Gregory. 2007. Macroeconomics. Edisi 6. Jakarta: Erlangga
Maulidya, Corvia. 2011. Analisis Pasar Uang Antar Bank di Indonesia. Universitas Sriwijaya, Palembang. Skripsi (Tidak Di Publikasi)


Nophirin, Ph.D. 1987. Ekonomi Moneter II, Edisi I. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta.

Prishardoyo, Bambang dan Karsinah. 2010. Analasisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank di Indonesia Tahun 1983-2007. Jurnal Ekonomi Universitas Negeri Semarang :  JEJAK, Volume 3 Nomor 2.    

Roswita AB. 2000. Ekonomi moneter : Teori, Masalah dan Kebijakan.Palembang: Universitas Sriwijaya.

Tarigan, Aman. 2004. Strategi Pengembangan Pasar Uang di Indonesia. Digital Library, Universitas Sumatera Utara.

Taswan. 2010. Manajemen perbankan konsep, teknik dan aplikasi. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Utami , Dyah . 2012 . Pengaruh SIBOR, SBI, dan KURS Terhadap Suku BungaPasar Uang Antar Bank Periode Tahun 2000.QI Sampai 2009.QIV. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Semarang.

Wahyu, Iss Savitri, Dadal, Ibrahim, Zainuddin. 2004. Mikrostruktur Pasar Uang Antar Bank Rupiah Pembentukan Dan Perilaku Harga. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.